Angin sore berhembus lembut di sebuah rumah sederhana di Kotagede, Kota Yoghakarta. Namun di dalamnya, suasana justru pecah oleh tangis bahagia. Pelukan demi pelukan tak terlepaskan, air mata jatuh tak terbendung. Setelah tujuh tahun hilang tanpa kabar dan sempat dikira meninggal dunia, Ibu Sukiem akhirnya kembali pulang.

Tujuh tahun lamanya keluarga ini hidup dalam ketidakpastian. Hari-hari mereka diwarnai doa dan penantian panjang. Setiap kali ada kabar tentang orang tak dikenal, hati keluarga Sukiem bergetar—barangkali itu dia. Tapi waktu terus berjalan, hingga harapan perlahan menipis.

“Sepertinya Ibu sudah tidak ada…” begitu kalimat yang akhirnya sering terucap lirih di antara mereka.

Namun kasih sayang Allah memang tak pernah putus. Dalam takdir yang tak disangka, melalui tangan-tangan tulus aparat Kepolisian Sektor Kotagede, keajaiban itu datang.

Saat melaksanakan patroli sambang warga, AKP Sutarto, Kapolsek Kotagede, bersama anggotanya menemukan seorang perempuan paruh baya yang tampak kebingungan. Dari pembicaraan kecil, muncul nama yang begitu familiar: Sukiem.

Rasa penasaran bercampur harap segera membawa mereka menelusuri identitas perempuan itu. Setelah proses pencocokan dan komunikasi dengan warga, terkuaklah kenyataan yang membuat semua terdiam haru—perempuan itu adalah Ibu Sukiem yang telah hilang tujuh tahun lalu dan dikira telah meninggal dunia.

Ketika kabar itu sampai ke telinga keluarga, tangis pun pecah. Antara percaya dan tidak, mereka bergegas menyambut kepulangan yang tak pernah lagi mereka bayangkan akan terjadi.

Dan saat pertemuan itu benar-benar terjadi—semua perasaan tumpah.
Anak-anaknya berlari memeluk erat tubuh sang ibu yang selama ini mereka doakan dalam sujud malam.

Air mata mengalir deras, suara tangis bercampur tawa, menciptakan pemandangan paling indah yang mungkin pernah disaksikan di rumah itu.

“Alhamdulillah, Ibu pulang… kami kira Ibu sudah tidak ada,” ucap salah satu anaknya dengan suara bergetar, masih dalam pelukan.

AKP Sutarto yang turut menyaksikan momen itu pun tak mampu menyembunyikan haru.
“Ini bukan semata tugas, tapi anugerah. Kami hanya perantara. Allah yang mempertemukan kembali keluarga ini,” ujarnya dengan nada lembut.

Hari itu, bukan hanya keluarga Sukiem yang bersyukur, tapi seluruh tetangga pun ikut larut dalam kebahagiaan. Di antara linangan air mata, doa mengalun syahdu.

Setelah tujuh tahun dalam kabut duka dan ketidakpastian, Ibu Sukiem benar-benar kembali.

Masih hidup, masih tersenyum, dan masih memanggil anak-anaknya dengan suara yang sama seperti dulu.

Dan malam itu, di rumah kecil yang pernah terasa sepi, cahaya lampu tampak lebih hangat dari biasanya—karena kini, ada kehangatan seorang ibu yang kembali mengisi ruang kosong itu.

“Semoga setiap langkah kebaikan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT,” tutur keluarga Sukiem dengan mata berkaca-kaca. 
Lebih baru Lebih lama